Selasa, 22 Mei 2012

Cara Berternak Lele Dumbo


Lele merupakan jenis ikan konsumsi yang mana jumlah konsumsinya termasuk terbesar di Indonesia, bagaimana tidak bisa kita lihat dari banyaknya rumah makan yang menyediakan bermacam macam kudapan yang terbuat dari bahan baku ikan lele, terutama pecel lele pasti banyak orang telah mencobanya.
Ikan lele sendiri merupakan jenis ikan air tawar yang mudah dikenali karena tubuhnya yang licin, agak pipih memanjang, serta memiliki "kumis" yang panjang, yang mencuat dari sekitar bagian mulutnya. Ada banyak jenis ikan lele yang tersebar di seluruh dunia. Namun yang banyak di budidayakan di Indonesia sebagai ikan konsumsi ialah ikan lele dumbo, karena jenis ini lebih mudah dikembangbiakan dan pertumbuhannya sangat cepat. Jadi sangat strategis untuk diternakan. Berikut ini adalah cara untuk beternak ikan lele dumbo


1. Cara budidaya lele jumbo di kolam

  • Buat 1 kolam ukuran kecil 2m x 3m, gali tanah sedalam 30 cm, tanah galian lalu di timbun saja di sekitar pinggir calon kolam.
  • Isi kolam dengan air yang terbebas pencemara, bisa berasal dari air sungai, sumur, PAM yg sudah diendapkan. kolam sebaiknya diberi pupuk kandang, urea, tsp dan didiamkan minimal 1 minggu agar terbentuk pakan alami berupa plankton, kolam harus dalam kondisi air tidak jalan karena lele rentan terhadap perubahan air yg terus menerus dan lele akan selalu meloncat kearah sumber air mengalir. kedalaman kolam sebaiknya 120 cm dgn ketinggian air 80 cm. Air kondisikan alami seperti di rawa/sungai, perbanyak tanaman air. Beri tanam-tanaman air juga bagus, semisal teratai, ganggang air, kangkung, dsb. Sampai satu minggu jangan di beri pakan dahulu (biarkan lele makan pakan alami tadi)
  • Masukkan benih ikan lele, dengan ukuran sebesar ibu jari orang dewasa, harganya sekitar 100-150 rupiah per ekor.  Coba isi kolam tadi dengan 300-400 ekor benih ikan lele. Sebelum benih ditebarkan sebaiknya benih disuci hamakan dahulu dengan merendamnya didalam larutan KM5N04 (Kalium permanganat) atau PK dengan dosis 35 gram/M2 selama 24 jam atau formalin dengan dosis 25 mg/l selama 5-10 menit. Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari atau pada saat udara tidak panas. Sebelum ditebarkan ke kolam, benih diaklimatisasi dulu ( perlakuan penyesuaian suhu) dengan cara memasukan air kolam sedikit demi sedikit ke dalam wadah pengangkut benih. Benih yang sudah teraklimatisasi akan dengan sendirinya keluar dari kantong (wadah) angkut benih menuju lingkungan yang baru yaitu kolam.
  • Berikan pakan dua kali dalam sehari. Pakannya adalah pelet dan menu tambahan cacahan jeroan ayam. Dengan menu tambahan ini ikan bisa cepat besar. Menu tambahan ini juga meningkatkan pertumbuhan lele. Kalau biasanya satu kilo ada tujuh ekor, setelah diberi pakan tambahan satu kilo hanya enam ekor. Seandainya pakan tidak dikombinasi dengan jeroan ayam, satu periode panen memerlukan 30 karung pelet. Jika ditambah jeroan ayam sebanyak 50 kg dalam satu periode pemeliharaan, pelet bisa dikurangi separuhnya.
Selain itu, masa panen (ukuran konsumsi) lele relatif lebih cepat daripada ikan konsumsi lainnya. Kalau gurami baru bisa dipanen sekitar delapan bulan. Lele sekitar 50 hari, kata seorang peternak lele.

 2. Budidaya atau ternak ikan lele jumbo di kolam plastik

  • Budidaya atau ternak ikan lele jumbo di kolam plastikdilakukan dengan cara beli terpal plastik yang banyak dijual di toko, seharga 50 ribuan (yang lebih mahal juga ada), tapi ini kualitasnya sudah cukup bagus. Pasang terpal plastik ke lubang kolam yang telah digali, kedalaman tanah 30 cm, tinggi permukaan tanah (dengan tanah urug sebelumnya) naik kan jadi 20-30 cm lebih tinggi dari tanah sekitarnya. Sebagian di atas kolam dibuat atap pelindung, juga bagus. Sebagian terkena cahaya langsung matahari.
  • Keutungan metode ini adalah hemat biaya pasir dan semen, serta ongkos tukang bukan? Untuk kegiatan pemeliharaan sama dengan diatas
Harga jual lele mencapai puncak paling mahal pada Januari. Pada bulan Januari pasokan lele berkurang karena pembibitan lele banyak yang gagal. Banyak telur gagal menetas lantaran pengaruh musim hujan. Berdasarkan pengalaman Vian, air hujan bisa menurunkan derajat.

Referensi
 http://permathic.blogspot.com/2012/02/cara-beternak-ikan-lele-dumbo.html

Budidaya Ikan Nilem



PENDAHULUAN

Ketersediaan benih sebagai unsur yang mutlak dalam budidaya. Usaha budidaya tidak cukup bila hanya mengandalkan benih secara alami, karena bersifat musiman seperti ikan nilem (Osteochilus hasselti) yang ditemukan hanya pada awal musim hujan. Penyediaan benih tidak hanya dalam jumlah yang cukup dan terus-menerus, tetapi diperlukan mutu yang baik serta tepat sasaran.
Sejalan dengan perkembangan teknologi diberbagai bidang ilmu termasuk bidang perikanan, budidaya ikan sedang mengarah ke berbagai budidaya intensif. Intensifikasi di bidang perikanan menuntut adanya ketersediaan benih dalam jumlah dan mutu yang memadai secara kontinyu. Kontinyuitas ketersediaan benih tersebut membutuhkan kegiatan pembenihan yang intensif pula. Pembenihan yang intensif membutuhkan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena itu, penggalian ilmu pengetahuan dan teknologi adalah kegiatan praktikum di lapangan bagi mahasiswa perikanan.
Pemijahan dapat dilakukan dengan cara alami atau buatan. Pemijahan alami dimaksudkan pemijahan yang dilakukan secara alami antara jantan dan betina di dalam media pemijahan. Sedangkan pemijahan buatan dilakukan di luar media pemijahan, biasanya dilakukan dengan bantuan manusia atau dengan stripping (pemijahan). Saat ini, telah dijual dipasaran hormon gonadotropin yang dibuat dari ekstrak kelenjar hipofisa, ikan salmon dengan nama dagang ovaprim produksi Syndel Co, Vancoaver, Canada.
Adanya keberhasilan penemuan ekstrak hormon tersebut dapat memacu terjadinya peningkatan proses pemijahan. Sehingga, dalam usaha kegiatan pemijahan ikan akan memberikan dan meningkatkan hasil benih ikan yang berkualitas.

MORFOLOGI IKAN NILEM
Ikan nilem (Osteochilus hasselti) merupakan ikan endemik (asli) Indonesia yang hidup di sungai – sungai dan rawa – rawa. Ciri – ciri ikan nilem hampir serupa dengan ikan mas. Ciri – cirinya yaitu pada sudut – sudut mulutnya terdapat dua pasang sungut – sungut peraba. Sirip punggung disokong oleh tiga jari – jari keras dan 12 – 18 jari – jari lunak. Sirip ekor berjagak dua, bentuknya simetris. Sirip dubur disokong oleh 3 jari – jari keras dan 5 jari – jari lunak. Sirip perut disokong oleh 1 jari – jari keras dan 13 – 15 jari – jari lunak. Jumlah sisik – sisik gurat sisi ada 33 – 36 keping, bentuk tubuh ikan nilem agak memenjang dan piph, ujung mulut runcing dengan moncong (rostral) terlipat, serta bintim hitam besar pada ekornya merupakan ciri utama ikan nilem. Ikan ini termasuk kelompok omnivora, makanannya berupa ganggang penempel yang disebut epifition dan perifition (Djuhanda, 1985).

Klasifikasi Ikan Nilem (Osteochilus hasselti)
Ikan nilem (Osteochilus hasselti) menurut Saanin (1968) diklasifikasikan dalam:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Craniata
Class : Pisces
Subclass : Actinopterygi
Ordo : Ostariophysi
Subordo : Cyprinoidae
Famili : Cyprinidae
Genus : Osteochilus
Species : Osteochilus hasselti

Kualitas Air
Ikan nilem akan melakukan pemijahan pada kondisi oksigen berkisar antara 5 – 6 ppm, karbondioksida bebas yang optimum untuk kelangsungan hidup ikan yaitu ≤ 1 ppm (Willoughby, 1999). Menurut Susanto (2001) suhu yang optimum untuk kelangsungan hidup ikan nilem berkisar antara 18 – 280C, dan untuk pH berkisar antara 6,7 – 8,6. Sedangkan menurut PBIAT Muntilan (2007), untuk kandungan ammonia yang disarankan adalah 0,5 ppm.

Reproduksi Ikan Nilem (Osteochilus hasselti)
Reproduksi pada ikan dikontrol oleh kelenjar pituitari yaitu kelenjar hipotalamus, hipofisis – gonad, hal tersebut dipengaruhi oleh adanya pengaruh dari lingkungan yaitu temperatur, cahaya, cuaca yang diterima oleh reseptor dan kemudian diteruskan ke sistem syaraf kemudian hipotalamus melepaskan hormon gonad yang merangsang kelenjar hipofisa serta mengontrol perkembangan dan kematangan gonad dalam pemijahan (Sumantadinata, 1981).
Reproduksi merupakan kemampuan indivudu untuk menghasilkan keturunan sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Ikan memiliki ukuran dan jumlah telur yang berbeda, tergantung tingkah laku dan habitatnya. Sebagian ikan memiliki jumlah telur banyak, namun ukurannya kecil, sehingga sintasan rendah. Sebaliknya ikan memiliki telur sedikit, ukurannya besar. Kegiatan reproduksi pada setiap jenis hewan air berbeda-beda, tergantung kondisi lingkungnya (Fujaya, 2004).
Pemijahan adalah proses perkawinan antara ikan jantan dan ikan betina yang mengeluarkan sel telur dari betina, sel sperma dari jantan dan terjadi di luar tubuh ikan (eksternal). Dalam budidaya ikan, teknik pemijahan ikan dapat dilakukan dengan tiga macam cara, yaitu:
1. Pemijahan ikan secara alami, yaitu pemijahan ikan tanpa campur tangan manusia, terjadi secara alamiah (tanpa pemberian rangsangan hormon),
2. Pemijahan secara semi intensif, yaitu pemijahan ikan yang terjadi dengan memberikan rangsangan hormon untuk mempercepat kematangan gonad, tetapi proses ovulasinya terjadi secara alamiah di kolam,
3. Pemijahan ikan secara intensif, yaitu pemijahan ikan yang terjadi dengan memberikan rangsangan hormon untuk mempercepat kematangan gonad serta proses ovulasinya dilakukan secara buatan dengan teknik stripping atau pengurutan.

Referensi
http://yunias19ocean.blogspot.com

Budidaya Ikan Bandeng




PENDAHULUAN

Bandeng (Chanos chanos Forsskål) adalah ikan pangan populer di Asia Tenggara. Ikan ini merupakan satu-satunya spesies yang masih ada dalam familia Chanidae (bersama enam genus tambahan dilaporkan pernah ada namun sudah punah) Dalam bahasa Bugis dan Makassar dikenal sebagai ikan bolu, dan dalam bahasa Inggris milkfish)
Mereka hidup di Samudera Hindia dan Samudera Pasifik dan cenderung berkawanan di sekitar pesisir dan pulau-pulau dengan terumbu koral. Ikan yang muda dan baru menetas hidup di laut selama 2–3 minggu, lalu berpindah ke rawa-rawa bakau berair payau, dan kadangkala danau-danau berair asin. Bandeng baru kembali ke laut kalau sudah dewasa dan bisa berkembang biak. Ikan muda (disebut nener), dikumpulkan orang dari sungai-sungai dan dibesarkan di tambak-tambak. Di sana mereka bisa diberi makanan apa saja dan tumbuh dengan cepat. Setelah cukup besar (biasanya sekitar 25-30 cm) bandeng dijual segar atau beku. Bandeng diolah dengan cara digoreng, dibakar, dikukus, dipindang, atau diasap.


Morfologi ikan
Tubuhnya berbentuk memanjang, padat, pipih, dan oval. Perbandingan tinggi dengan panjang total sekitar 1 : (4,0-5,2). Sementara itu, perbandingan panjang kepala dengan panjang total adalah 1 : (5,2 - 5,5), kepala tidak bersisik. Mulut terletak di ujung dan berukuran kecil. Rahangnya tanpa gigi. Mata tertutup oleh kulit bening (subcytuneus).
Tutup, insang terdiri dari tiga bagian tulang, yaitu operculum suboperculum dan radii branhiostegi, semua tertutup selaput membran branhiostegi. Sirip dada terletak dekat/di belakang tutup, insang dengan rumus jari-jari PI. 16-17. Sirip, perut terletak di bawah perut, dengan rumus jari-jari VI. 10-11. Sirip dubur terletak dekat anus dengan rumus jari-jari A 11. 8-9 Garis sisi (Linea lateralis) terletak memanjang dari belakang tutup insang dan berakhir pada bagian tengah sirip ekor.

Kebiasaan Hidup Ikan
Mereka hidup di Samudra Hindia dan menyeberanginya sampai Samudra Pasifik, mereka cenderung bergerombol di sekitar pesisir dan pulau-pulau dengan coral. Ikan yang muda dan baru menetas hidup di laut untuk 2 – 3 minggu, lalu berpindah ke rawa-rawa bakau, daerah payau, dan kadangkala danau-danau. Bandeng baru kembali ke laut kalau sudah dewasa dan bisa berkembang biak. Ikan muda ini dikumpulkan dari sungai-sungai (disebut nener) dan diternakkan di tambak-tambak. Di sana mereka bisa diberi makanan apa saja dan tumbuh dengan sangat cepat. Setelah cukup besar bandeng biasanya dijual segar atau beku, serta dikukus atau diasap.

Pemilihan Lokasi Budidaya
Ikan ini mampu menghadapi perubahan kadar garam yang sangat besair (eurihalin). Oleh karena itu, ikan laut ini bisa juga hidup di air payau dan air tawar. Lokasi ideal budi dayanya pada laguna di daerah pantai dan teluk terlindung yang aliran arusnya atau pergantian airnya lebih dari i00%/hari. Beberapa aspek teknis dalam pemilihan lokasi budi daya bandeng dalam KJA adalah :
1. Penempatan karamba harus di lokasi perairan yang bebas dari pencemaran.
2. Terlindung dari pengaruh angin dan gelombang yang besar.
3. Sirkulasi air akibat pasang surut dan arus tidak terlalu kuat (optimum 20-50 cm/dt).
4. Kurang organisme penempel (biofouling).
5. Fluktuasi salinitas tidak terlalu besar (<5 ppt). 6. Oksigen terlarut tidak kurang dari 4 mg/l.

Wadah Budi Daya

Pemeliharaan bandeng di KJA laut memerlukan wadah berupa keramba jaring, rakit berikut pelampung, dan jangkar. Ukuran rakit disesuaikan dengan ketersediaan bahan, dan jenis komoditas budi daya. Ukuran rakit biasanya 5 m x 5 m, 7 m x 7 m dan 10 m x 10 m, yang dapat memuat 4-16 karamba jaring ukuran 2 M X 2 M X 2 M.
Untuk pemeliharaan bandeng pada bulan pertama (ukuran ikan <20 g/ekor) digunakan karamba yang terbuat dari jaring hijau atau hitam. Masuk bulan ke 2 baru dipindahkan ke dalam karamba yang terbuat dari jaring trawl. Setiap karamba dilengkapi dengan penutup untuk menghindari kemungkinan lolosnya ikan pada saat ada goncangan. Pergantian karamba dilakukan sekali sebulan untuk menghindari terjadinya penempelan biofouling yang dapat mengganggu sirkulasi air.

Pengelolaan Budidaya
Penyediaan benih Kini sebagian besar benih bandeng diperoleh dari hatchery, tidak lagi dari alam. Penebaran benih Benih yang ditebar dalam KJA sebaiknya berukuran gelondongan. Hal ini disebabkan nener belum mampu mengatasi pengaruh lingkungan perairan yang berarus dan bergelombang. Keuntungan lain penggunaan gelondongan adalah benih dapat tumbuh cepat sehingga mempersingkat waktu pemeliharaan.
Padat penebaran sangat tergantung pada ukuran ikan dan wadah budi daya. Sifat perenang cepat dan melawan arus perlu menjadi pertimbangan dalam menentukan padat penebaran. Padat penebaran ikan berukuran 3 g sebesar 200-30o ekor/m3. Adapun padat tebar ikan berukuran 100-15o g/ekor adalah 125 ekor/m3.
Penebaran hendaknya dilakukan pada pukul 06.00-08.00 atau 19.00-20.00 untuk menghindari ikan stres aldbat perubahan kondisi lingkungan perairan. Adaptasi salinitas hendaknya dilakukan sebelum benih ditebar dan disesuaikan dengan salinitas perairan di lokasi KJA.
Transportasi bandeng ke karamba dapat dilakukan dengan penggunaan kantong plastik berisi air 5-10 l dan oksigen dengan perbandingan 1 : 2. Padat penebaran gelondongan ukuran 10 cm sekitar 5o ekor/kantong, dengan waktu tempuh sekitar 5-6 jam.

Pendederan
Pendederan nener dapat dilakukan di petakan tambak, bak terkontrol, maupun hapa yang ditancapkan di tambak. Pendederan umumnya berlangsung selama 80 hari. Pendederan bertujuan untuk mendapatkan gelondongan bandeng berukuran 75—100 g/ekor. Selama tahap pendederan pertambahan bobot ikan per hari berkisar 40-50 mg.

pembesaran
Lama pembesaran untuk mencapai ukuran di atas 300 g dengan benih berukuran sekitar 3 g adalah 12o hari. Adapun lama pembesaran untuk mencapai ukuran konsumsi (500 g/ekor) dengan berat benih 20 g selama 5 bulan

Pemberian pakan
Pakan utama bandeng terdiri dari organisme plankton, benthos, detritus, dan epifit. Dalam budi daya bandeng sekarang, digunakan juga pakan ikan buatan (pelet). Budi daya bandeng dalam KJA sepenuhnya mengandalkan pada pakan buatan dengan kandungan proteinnya berkisar 20-30%.
Umumnya pakan diberikan sebanyak 10-30% dari total bobot ikan/hari. Waktu pemberian pakan dilakukan sebanyak 2-3 kali sehari (pagi, siang, dan sore). Pemberian pakan dilakukan sedikit demi sedikit agar pakan tidak banyak terbuang. Pemberian pakan dapat juga dengan metode satiasi (sekitar 90% ikan dalam kondisi kenyang).
Pertumbuhan ikan perlu dipantau setiap bulan. Tujuannya sebagai acuan dalam menentukan jumlah pakan yang diberikan serta mengevaluasi perkembangan bobot dan kesehatan ikan.

Panen
Bandeng dapat dipanen setelah mencapai ukuran konsumsi (300-500 g/ekor) dengan lama pemeliharaan 4-5 bulan dari gelondongan. Sementara itu, bandeng super dapat dipanen setelah berukuran 800 g/ekor dengan masa pemeliharaannya selama 120 dari gelondongan ukuran 100-150 g/ekor. Tingkat produktivitas bandeng dalam KJA ditentukan oleh faktor laju pertumbuhan, sintasan, kuantitas, dan kualitas pakan serta pengelolaan budi daya. Panen bisa dilakukan secara selektif atau total dengan menggunakan seser.
 
Referensi
http://yunias19ocean.blogspot.com

TEKNIK BUDIDAYA IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO)




"TEKNIK BUDIDAYA IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO)

I PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang
Secara ekonomis usaha budidaya ikan sangat menguntungkan dan juga sangat mendukung bagi pemenuhan gizi masyarakat. Sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan manfaat ikan, maka tingkat kebutuhan akan daging ikan semakin meningkat.
Ketersediaan sumberdaya perairan yangluas dan sumberdaya manusia yang melimpah merupakan modal dasar untuk meningkatkan dan mengembangkan pembangunan perikanan di Indonesia.
Ikan mas (Cyprinus carpio) banyak dikonsumsi karena rasanya yang enak, gurih dan mempunyai kandungan gizi yang tinggi. Berdasarkan data yang diperoleh dari Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (1981), ikan mas mengandung protein 4,5 gram, karbohidrat 23,1 gram, dan lemak 0,2 gram. Selain itu mengandung kalori, fosfor (P) 134 mg, kalsium (Ca) 42 mg, besi (Fe) 1 mg, Vitamin B1 0,22 mg dan air sebanyak 71 mg. Tidak mengherankan bila minat masyarakat untuk mengosumsi ikan mas semakin meningkat seiring dengan peningkatan taraf hidup masyarakat.
Budidaya ikan mas semakin berkembang dan diminati oleh masyarakat untuk di kembangkan dalam bentuk usaha, baik itu usaha pembenihan maupun pembesarannya. Ikan mas mas termasuk ikan konsumsi yang tergolong mudah dalam pemeliharaannya karena cenderung bersifat adaptif (mudah menyesuaikan diri) terhadap lingkungannya, pertumbuhannya cepat, dan tahan terhadap berbagai jenis penyakit serta mempunyai peluang usaha yang potensial untuk dimanfaatkan dan dikembangkan.
Didorong oleh beberapa kelebihan tersebut di atas, maka para pembudidaya ikan tertarik untuk mengusahakaanya dengan melakukan kegiatan budidaya, baik itu pembenihan maupun pembesaran dalam berbagai sistem dan intensitas budidaya. Salah satu unit lokasi usaha pembenihan ikan mas (Cyprinus carpio) dilakukan oleh pembudidaya ikan di Desa Partalijulu, Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan daripada praktikum ini adalah sebagai berikut.
  1. Untuk mengetahui teknik pembenihan ikan mas (Cyprinus carpio) yang baik dan tepat.
  2. Untuk mengetahui berbagai permasalahan dalam pengembangan dan peningkatan usaha pembenihan ikan mas.
  3. Untuk mengetahui keadaan masyarakat khususnya pembenih ikan di Desa Partalijulu Tarutung.
II PEMBAHASAN
2.1 Waktu Dan Tempat
Kegiatan praktikum ini dilaksanakan mulai tanggal 20-21 Juni 2009 di kolam pembenihan ikan mas (Cyprinus carpio) Desa Partalijulu Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara.
2.2 Alat Dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan selama pelaksanaan praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Bahan :
  • Induk ikan mas : 2 ekor induk betina, 6 ekor induk jantan
  • Pakan
2. Alat :
  • Kolam Pembenihan :2 Unit
  • Kakaban : 8 buah
  • Kolam penetasan telur : 1 unit
2.3 Teknik Pembenihan
Pembenihan merupakan kegiatan pengelolaan reproduksi untuk megembangkan ikan yang akan dibudidayakan sehingga diperoleh benih ikan dalam jumlah banyak dan berkualitas baik. Teknik pembenihan ikan mas di kolam ikan Desa Partalijulu, Tapanuli Utara dilakukan secara alami (tradisional) dengan beberapa tahapan perlakuan sebagai berikut.
1. Persiapan Kolam Ikan.
Berhasil tidaknya budidaya itentukan oleh persiapan dan pelaksanaan yangbaik, salah satunya adalah persiapan kolam. Jika kolam sudah memenuhi syarat maka kegiatan budidaya dapat dilakukan.
Adapun persiapan-persiapan yang perlu dilakukan antara lain adalah persiapan kolam yang akan digunakan baik kolam untuk pemijahan, kolam penetasan telur maupun kolam benih, dengan membersihkan dan menjemur kolam dengan mengeringkan kolam terlebih dahulu selama 5-7 hari kemudian dimasukan air setinggi sekitar 40 cm.
2. Seleksi Induk
Untuk menghasilkan benih yang berkualitas baik dan jumlah telur yang banyak, maka peru seleksi induk/calon induk. Penyeleksian induk ikan mas di kolam pembenihan ikan Desa Partalijulu Tapanuli Utara dilakukan dengan menyeleksi induk jantan dan induk betina dari kolam induk.
Di kolam induk penangkapan induk betina dilakukan dengan dengan penyisiran kolam dengan menggunakan jaring yang sudah disiapkan khusus untuk menangkap induk. Setelah ditangkap induk-induk tersebut diseleksi sesuai dengan kriteria induk yang baik. Untuk mengetahui induk betina ikan mas yang matang gonad dapat dilihat dengan ciri-ciri seperti yaitu perut membesar dan lubang urogenitalnya berwarna kemerahan. Sedangkan untuk induk jantan yang matang gonad lubang urogenitalya menonjol dan apabila diurut secara perlahan akan mengeluarkan sperma berwarna putih susu.
3. Pemijahan
Pemijahan ikan yang dilakukan di Desa Partaijulu Tapanuli Utara adalah teknik pemijahan secara alami (international). Pemijahan biasa dilakukan pada sore hari dengan memasukan induk ke dalam kolam dengan perbandingan 1 ekor induk betina dengan bobot 1,5-3 Kg berumur sekitar 2 tahun dan induk jantan sebanyak 3-5 ekor dengan bobot 250 gram/ekor berumur sekitar 1 tahun.
Setelah induk jantan dan betina dimasukan ke dalam kolam pembenihan kemudian dilanjutkan dengan pemasangan kakaban di sekitar penggir dasar kolam. Kakaban merupakan media tempat menempelnya telur. Kakaban dibuat dari ijuk yang disusun memanjang (sesuai dengan keadaan kolam), sebelum kakaban digunakan atau setelah selesai digunakan biasanya kakaban tersebut dibersihkan dan kemudian dikeringkan engan tujuan agar hama dan penyakit hilang sehingga telur yang menempel tidak terserang penyakit.
Pemasangan kakaban dilakukan dengan meletakan kakaban di tempat yang diinginkan kemudian pinggiran kakaban ditancap dengan patok (dari kayu atau bambu) , agar kakaban bisa tenggelam atau menetap di pinggiran dasar kolam.
Setelah itu dilanjutkan dengan pemberian pakan pada ikan berupa dedak dengan melemparkannya di tengan kolam (induk ikan biasanya berkumpul di tengah kolam) hal ini bertujuan agar untuk merangsang induk untuk memijah dan diperlirakan induk melakukan pemijahan pada malam hari.
4. Pengumpulan Telur
Pada pagi hari telur-telur akan terlihat menempel di kakaban. Telur-telur tersebut kemudian dipindahkan ke kolam penetasa yang telah disiapkan sedangkan induk ikan dipindahkan ke kolam pemeliharaan induk.
Kakaban yang berisi telur kemudian di letakan dalam kolam penetasan dibawah permukaan air setinggi + 10 cm, pinggir kakaban di tancap dengan patok (dari bambu atau kayu) agar bisa tetap tenggelam. Diperkirakan telur akan menetas setelah 2-3 hari selama proses penetasan telur air harus mengalir secara kontinyu.
Penetasan telur merupakan proses pemisahan larva dari cangkangnya, sering terjadi pada waktu yang sama. Telur hasil pemijahan akan menempel pada serabut kakaban, telur yang baik kelihatan segar, mengkilap dan kelihatan bulatan kecil inti di tengahnya. Sedangkan telur yang tidak baik berwarna putih keruh. Telur yang baik akan menetas menjadi larva sedangkan telur yang kurang baik akan membusuk.
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian-uraian tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa ikan mas(Cyprinus carpio) merupakan salah satu komoditas perikanan yang dudah dikenal masyarakat karena kandungan gizi yang tinggi, mudah dibudidayakan dan mempunyai peluang usaha yang potensial bila diusahakan secara optimal dengan meningkatkan teknologi budidaya dan sistem usaha.
Salah satu kegiatan dalam budidaya ikan adalah pembenihan. Dalam kegiatan pembenihan meliputi tahapan perlakuan seperti perisapan kolam, seleksi induk, pemijahan dan pengumpulan telur.
Desa Partalijulu merupakan salah satu desa yang terdapat di Kabupaten Tapanuli Utara dimana sebagian besar masyarakatnya mayoritas sebagai pembudidaya ikan mas. Benih ikan mas dipasarkan dengan cara dijual secara langsung kepada petani ikan atau berhubugan dengan agen untuk kemudian dijual kepada petani ikan.
3.2 Saran
Dari kesimpulan tersebut di atas, maka disarankan :
1. Melakukan tahapan kegiatan pembenihan ikan mas dengan baik seuai dengan prosedur pembenihan.
2. Dalam penyeleksian induk sebaiknya dipilih induk yang benar-benar berkualitas dan bebas dari penyakit.
3. Pemberian pakan ikan dilakukan secara teratur dan baiknya menggunakan pakan yang berkualitas untuk mempercepat pertumbuhan ikan.
4. Pengelolaan kolam seperti pengeringan, pembersihan dan pemberian pupuk harus dilakukan secara teratur dan rutin.
5. Pembenihan ikan di kolam ikan Desa Partalijulu masih bersifat tradisional, perlu pengenalan teknologi budidaya yang intensif.

Referensi
 http://yunias19ocean.blogspot.com

Budidaya Ikan Cupang (Betta spelendes)





I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan cupang adalah ikan hias yang sangat dikenal oleh masyarakat khususnya anak-anak, karena ikan tersebut selain rupanya yang cantik juga dapat merupakan tentera yang menarik bila diadu. Ikan ini juga sering disebut ikan laga dan nama latinnya adalah Betta splendens, termasuk dalam famili Anabantidae (Labirynth Fisher).

Keindahan tubuh dan ciri-ciri yang spesifik yang dimiliki oleh setiap ikan hias serta nilai ekonomis, adalah faktor utama yang harus diperhatikan dalam budidaya ikan hias. Salah satu jenis ikan yang memiliki syarat-syarat tersebut adalah ikan cupang hias.

Untuk membudiayakan atau mengembangkan ikan cupang hias tidaklah memerlukan lahan yang luas, cukup menyediakan areal sekitar 5 meter persegi. Di Wilayah Jakarta Pusat budidaya ikan cupang ada yang dilakukan diatas dak rumah dan dipekarangan yang relatif sempit, dengan menggunakan wadah bekas ataupun kolam bak semen atau akuarium. Ikan ini relatif mudah dipelihara dan dibudidayakan, karena tidak memerlukan pakan khusus. Pakan ikan untuk benih biasanya digunakan pakan alami berupa kutu air atau daphnia sp. yang dapat ditemukan di selokan yang airnya tergenang. Untuk induk cupang digunakan pakan dari jentik-jentik nyamuk (cuk). Untuk pertumbuhan anak ikan bisa diberi kutu air dan diselingi dengan cacing rambut, akan lebih mempercepat pertumbuhan anak ikan.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan daripada penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1 Untuk mengetahui teknik budidaya ikan Cupang (Betta splendens)
2 Mengetahui tahapan kegiatan dalam melakukan budidaya ikan cupang (Betta splendens)

II BIOLOGI IKAN CUPANG
2.1 Klasifikasi
Adapun klasifikasi daripada ikan cupang adalah sebagai berikut.
Filum : Chordata
Subfilum : Craeniata
Kelas : Osteichthyes
Subkelas : Actinopterygii
Super Ordo : Teleostei
Ordo : Percomorphoidei
Subordo : Anabantoidei
Famili : Anabantidae
Genus : Betta
Spesies : Betta Splendens
Nama Inggris : Siemese Fighting Fish
Nama Lokal : Cupang Laga, Kalakatau (Kalimantan)


2.2 Habitat
Ikan Cupang Hiup di daerah tropis, terutama di benua Asia sampai Afrika. Habitat asalnya di daerah perairan dangkal dan berair jernih, seperti daerah persawahan hingga sungai yang bertemperatur 24-27 derajat celcius, dengan pH berkisar 6,2 – 7,5 serta tingkat kandungan mineral terlarut dalam air atau kesadahan (hardness) berkisar 5-12 dH. Pada umumnya cupang sanggup hidup dan berkembang biak dengan baik pada kisaran pH 6,5 - 7,2 dan hardness berkisar 8,5 – 10dH.


III TEKNIK BUDIDAYA
3.1 Wadah Budidaya
Pada umumnya wadah pemeliharaannya adalah bak semen atau akuarium yang ukurannya tidak perlu besar yaitu cukup 1 x 2 m atau akuarium 100 x 40 x 50 cm, sedang wadah perkawinannya lebih kecil dari wadah pembesaran, yang bisa digunakan antara lain : baskom, akuarium kecil atau ember dapat dipakai untuk memijahkan ikan.


3.2 Ciri-Ciri Induk Jantan Dan Betina
1. Ciri-ciri Induk Jantan
Ciri-ciri khas yang dimiliki oleh ikan cupang hias jantan adalah selain warnanya yang indah, siripnya pun panjang dan menyerupai sisir serit, sehingga sering disebut cupang serit. Sedangkan ikan betina warnanya tidak menarik (kusam) dan bentuk siripnya lebih pendek dari ikan jantan.

Ciri ikan jantan untuk dipijahkan :
1. Umur ± 4 bulan
2. Bentuk badan dan siripnya panjang dan berwarna indah.
3. Gerakannya agresif dan lincah.
4. Kondisi badan sehat (tidak terjangkit penyakit).
2. Ciri-ciri ikan betina :
1. Umur telah mencapai +- 4 bulan
2. Bentuk badan membulat menandakan siap kawin.
3. Gerakannya lambat.
4. Sirip pendek dan warnanya tidak menarik.
5. kondisi badan sehat.

3.3 Teknik Pemijahan dan Produksi
Pada induk jantan yang matang gonad warna siripnya lebih cerah sedang pada induk betina perutnya membuncit dan secara transparan, telur pada saluran pengeluaran dapat terlihat.
Pada prinsipnya pemijahan dilakukan secara berpasangan dalam setiap wadah yang terpisah (akuarium, ember atau dalam kotak-kotak yang ditempatkan didalam bak). Sebelum dicampurkan induk betina dimasukkan dalam botol agar tidak mengganggu jantan dalam membuat sarang busa. Sarang dibuat dengan cara mengambil gelembung udara dari permukaan dan melepaskannya ke bawah permukaan daun atau tanaman air yang mengapung dipermukaan air. Proses ini berlanjut berjam-jam dengan sesekali berhenti untuk makan.
Bila sarang telah siap, induk betina dikeluarkan dari botol, dicampurkan dengan jantan agar dapat memulai pemijahan. Pada saat pemijahan tubuh jantan menyelubungi induk betina membentuk huruf " U " dengan ventral saling berdekatan selama + 1 menit sampai mengeluarkan telur yang segera dibuahi sperma. Telur perlahan tenggelam dan akan segera diambil oleh induk jantan dengan mulutnya untuk selanjutnya diletakkan disarang busa. Proses pemijahan berlangsung selama + 1 jam dengan 20-25 tahap pemijahan yang sama. Ketika aktifitas pemijahan berakhir, induk betina dipindahkan dari tempat pemijahan untuk dikembalikan ke tempat pemeliharaan induk, namun sebaiknya lebih dulu dimasukkan dalam larutan metyline blue 2 mg/liter selama 24 jam untuk mengobati luka yang mungkin ada setelah pemijahan. Sedang induk jantan tetap pada wadah pemijahan untuk merawat dan menjaga telur sampai menetas. Dalam setiap kali pemijahan diperoleh telur sebanyak 1000-1500 butir. Selanjutnya pemeliharaan larva dan pendederan serta pembesaran dapat dilakukan pada wadah berupa bak tembok dengan pakan berupa cacing Tubifex sp. atau Chironomus sp. untuk siap dipasarkan.
3.4 Pembesaran anak
1. Ketika burayak ikan cupang sudah dapat brenang dan sudah habis kuning telurnya, sudah harus disiapkan media yang lebih besar untuk tempat pembesaran.
2. Pindahkan anakan bersama induk jantannya.
3. Kemudian benih ikan diberi makanan kutu air dan wadah ditutup.
4. Sepuluh hari kemudian anak ikan dipindahkan ke tempat lain.
5. Dan selanjutnya setiap satu minggu, ikan dipindahkan ke tempat lain untuk lebih cepat tumbuh.
3.5 Tahap pemberian makanan
Pada umumnya pemberian makanan pada anakan yang berumur kurang dari 5 hari bisa dihilangkan, karena anakan yang berumur kurang dari 5 hari tersebut masih mempunyai cadangan makanan yang dihasilkan oleh kuning telur yang melindunginya. jadi mulai umur 5-10 hari anakan baru mulai diberi makanan berupa: roteria, infusaria, kuning telor mentah .
dan setelah tahap kedua terlewati dengan lancar, masuklah ke dalam tahap ke 3 dimana anakan berumur 10-17 hari, anakan ini bisa diberi makanan berupa: Kutu air yang disaring. Dan tahap terakhir bagi anakan yang berumur lebih dari 17 hari, bisa diberi makanan berupa Kutu air, Cuk, Cacing sutra .

Diagram Pemberian makanan anakan:
- Hari 0-5 -----------> Tidak perlu diberi apa apa
- Hari 5-10 -----------> Diberi Infusaria, Roteria, Kuning telor rebus
- Hari 10-17 -----------> Diberi kutu air yang telah disaring
- Hari >17 -----------> Diberi kutu air, cuk, cacing sutra

3.6 Tahap Pemindahan anakan
Setelah melewati 4 tahup yang pertama mengenai cara pembarian pakan , sekarang yang perlu anda lakukan adalah memindahkan anakan ikan cupang tersebut ke dalam kolam pendederan, tentunya anda harus menyediakan tempatnya. :)
Tahapan persiapan dan perlakuan lainnya selama berada di dalam bak pendederan harus disesuaikan dengan jenis ikan hias yang dipijahkan. Wadah yang umum digunakan yaitu: Fiberglass, drum bekas, Paso, ember atau bak semen. Demikian pula dengan penempatannya, akan lebih baik bila ditempatkan ditempat yang terbuka dan cukup mendapatkan sinar matahari yang cukup
1. Untuk mengurangi sinar matahari langsung , anda dapat menggunakan tumbuhan enceng gondok sebagai tambahan. langkah pemindahan dan perlakuan yang dibarikan kepada buirayak dapat dilihat sebagai berikut:
Sebaiknya ukuran bak pendederan cukup besar, misalnya dengan menggunakan bak fiberglass ukuran 1M x 1M x 0.5M, sehingga burayak tersebut dapat berkembang dengan baik. Ketinggian air adalah 3/4 dari tinggi bak.
2. Untuk menghindari penyakit, air yang digunakan dicampur dengan rebusan daun ketapang dan sedikit garam, aduklah secara merata, dan endapkan selama 1 hari. Cara pemindahan dapat dilakukan dengan memindahkan secara langsung dari akuarium, tetapi jangan lupa untuk melakukan "penyifonan" untuk membuang kotoran yang ada. lamanya pemeliharaan di kolam pendederan kira-kira 1 bulan.
3. Untuk pemberian pakan perlu diperhatikan berdasarkan umurnya, dan jangan sampai berlebihan seperti yang saya katakan diatas tadi. Penyifonan dilakukan minimal 2 hari sekali untuk menjaga kebersihan air.

3.7 Pembesaran
Siapkan akuarium dengan ukuran 20x20x15 atau stoples yang sebanding. Perlu diingat, bahwa semakin besar semakin baik pula pertumbuhan tubuh dan siripnya(lebih optiman). isi air dengan 3/4 dari tinggi wadah. Kualitas air yang digunakan harus sama dengan air yang diberikan pada waktu pendederan, sehingga ikan cepat beradaptasi. Jangan lupa memberi penyekat (berupa karton, kertas, dll) antara akuarium. wadah lain yang perlu disiapkan adalah akuarium biasa yang kira-kira bisa menampung 80-100 ekor anakan. Tujuannya agar proses penyortiran dapat berjalan lebih mudah.
Ketika burayak ikan cupang sudah dapat berenang dan sudah habis kuning telurnya, sudah harus disiapkan media yang lebih besar untuk tempat pembesaran. Pindahkan anakan bersama induk jantannya. Kemudian benih ikan diberi makanan kutu air dan wadah ditutup. Sepuluh hari kemudian anak ikan dipindahkan ke tempat lain. Dan selanjutnya setiap satu minggu, ikan dipindahkan ke tempat lain untuk lebih cepat tumbuh.

3.8 Pasca Panen
Pasca panen yaitu setelah ikan cupang hias mencapai 1 bulan sudah dapat dilakukan pemanenan sekaligus dapat diseleksi atau dipilih. Ikan yang berkwalitas baik dan cupang hasil seleksi dipisahkan dengan ditempatkan ke dalam botol-botol tersendiri agar dapat berkembang dengan baik serta menghindari perkelahian. Setelah usia 1,5 sampai 2 bulan cupang hias mulai terlihat keindahannya dan dapat dipasarkan.


IV KESIMPULAN
Dari uraian tersebut di atas maka dapat disimpilkan sebagai berikut.
1. Untuk membudidayakan atau mengembangkan ikan cupang hias tidaklah memerlukan lahan yang luas, cukup menyediakan areal sekitar 5 meter persegi. Ikan ini relatif mudah dipelihara dan dibudidayakan, karena tidak memerlukan pakan khusus. Pakan ikan untuk benih biasanya digunakan pakan alami berupa kutu air atau daphnia sp. yang dapat ditemukan di selokan yang airnya tergenang. Untuk induk cupang digunakan pakan dari jentik-jentik nyamuk (encuk). Untuk pertumbuhan anak ikan bisa diberi kutu air dan diselingi dengan cacing rambut, akan lebih mempercepat pertumbuhan anak ikan..
2. Ikan akan dapat berkembang dan melakukan fertilisasi dengan baik jika faktor eksternal dan internal juga baik. Faktor internalnya yaitu jika ikan jantan maupun ikan betina telah siap untuk melakukan pembuahan. Sedangkan faktor eksternalnya yaitu suhu air dan juga pH air.
3. pemilihan induk ikan cupang harus selektif agar dapat menghasilkan benih ikan cupang yang berkualitas.
 
Refrerensi
yunias19ocean.blogspot.com

Budidaya Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)




I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan Nila (Oreochromis niloticus) merupakan jenis ikan air tawar yang mudah dikembangbiakan dan toleransinya yang tinggi terhadap perubahan lingkungan maupun kemudahan pemeliharaannya. Rasanya cukup gurih dan d i gemari masvarakat Indonesia. jenis Ikan Nila diantaranya Citralada, tralada, lokal dan Nila yang masuk ke Indonesia pada tahun 1984 dan 1996 dari ICLARAM Philipina melalui Balai Penelitian Perikanan Air Tawar (Balitkanwar).
Teknik pembesaran Ikan Nila terapannya sangat mudah dilakukan sekali, baik dilakukan. skala rumah tangga atau skala besar (perusahaan). Tempatnya pun dapat dilaksanakan pada kolam tanah, kolam tembok dan Keramba jarring Apung (KJA).
Untuk pemasarannya sangat luas baik dalam negeri maupun luar negeri (ekspor) seperti masyarakat Jepang dan Singapura, terutama ukuran yang berat badannya di atas 500 gram. Bagi konsumsi dalam negeri akan banyak menunjang usaha perbaikan gizi keluarga. Dilihat dari prospeknya, baik dalam maupun luar negeri sangat menjanjikan, sehingga perlu langkah yang pasti untuk meningkatkan produksi agar kebutuhan dalam negeri maupun luar negeri dapat terpenuhi.
Ikan nila merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh memanjang dan pipih kesamping dan warna putih kehitaman. Ikan nila berasal dari Sungal Nil dan danau- danau sekitarnya. Sekarang ikan ini telah tersebar ke negara-negara di lima benua yang beriklim tropis dan subtropis. Sedangkan di wilayah yang beriklim dingin, ikan nila tidak dapat hidup baik Ikan nila disukai oleh berbagai bangsa karena dagingnya enak dan tebal seperti daging ikan kakap merah. Bibit ikan didatangkan ke Indonesia secara resmi oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar pada tahun 1969. Setelah melalui masa penelitian dan adaptasi, barulah ikan ini disebarluaskan kepada petani di seluruh Indonesia. Nila adalah nama khas Indonesia yang diberikan oleh Pemerintah melalui Direktur Jenderal Perikanan.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan daripada penulisan Makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui teknik budidaya ikan Nila (Oreochromis niloticus)
2. Mengetahui tahapan kegiatan dalam melakukan budidaya ikan Nila (Oreochromis niloticus)


II BIOLOGI IKAN NILA

2.1 Klasifikasi
Klasifikasi ikan nila adalah sebagai berikut:
Kelas : Osteichthyes
Sub-kelas :Acanthoptherigii
Ordo : Percomorphi
Sub-ordo : Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus :Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus.



2.2 Morfologi ikan Nila
Berdasarkan morfologinya, kelompok ikan Oreochromis memang berbeda dengan kelompok tilapia. Secara umum, bentuk (tubuh nila memanjang dan ramping, dengan sisik berukuran besar. Betuk matanya besar dan menonjol dengan tepi berwarna putih. Gurat sisi (linea literalis) terputus di bagian tengah tubuh, kemudian berlanjut lagi, tetapi letaknya lebih ke bawah dibandingkan dengan letak garis yang memanjang di atas sirip dada. jumlah sisik pada gurat sisi 34 buah. Sirip punggung, sirip perut, dan sirip duburnya memiliki jari-jari lemah, tetapi keras dan tajam seperti duri. Sirip punggung dan sirip dada berwarna. hitam. Pinggir sirip punggung berwarna abu-abu atau hitam.

Nila memiliki lima buah Sirip, yaitu sirip punggung (dorsal fin), sirip data (pectoral fin) sirip perut (venteral fin), sirip anal (anal fin),dan sirip ekor (caudal fin). Sirip punggungnya memanjang dari bagian atas tutup ingsang sampai bagian atas sirip ekor. Terdapat juga sepasang sirip dada dan sirip perut yang berukuran kecil dan sirip anus yang hanya satu buah berbentuk agak panjang. Sementara itu, jumlah sirip ekornya hanya satu buah dengan bentuk bulat.


III TEKNIK BUDIDAYA

3.1 Persiapan Sarana Dan Prasarana
1. Kolam
Sarana berupa kolam yang perlu disediakan dalam usaha budidaya ikan nila tergantung dari sistim pemeliharaannya (sistim 1 kolam, 2 kolam dlsb). Adapun jenis kolam yang umum dipergunakan dalam budidaya ikan nila antara lain:
Kolam pemeliharaan induk/kolam pemijahan
Kolam ini berfungsi sebagai kolam pemijahan, kolam sebaiknya berupa
kolam tanah yang luasnya 50-100 meter persegi dan kepadatan kolam
induk hanya 2 ekor/m 2 . Adapun syarat kolam pemijahan adalah suhu air
berkisar antara 20-22 derajat C; kedalaman air 40-60 cm; dasar kolam
sebaiknya berpasir.
Kolam pemeliharaan benih/kolam pendederan
Luas kolam tidak lebih dari 50-100 meter persegi. Kedalaman air kolam
antara 30-50 cm. Kepadatan sebaiknya 5-50 ekor/meter persegi. Lama
pemeliharaan di dalam kolam pendederan/ipukan antara 3-4 minggu, pada
saat benih ikan berukuran 3-5 cm.
Kolam pembesaran
Kolam pembesaran berfungsi sebagai tempat untuk memelihara dan
membesarkan benih selepas dari kolam pendederan. Adakalanya dalam
pemeliharaan ini diperlukan beberapa kolam pembesaran,



2. Peralatan
Alat-alat yang biasa digunakan dalam usaha pembenihan ikan nila diantaranya adalah: jala, waring (anco), hapa (kotak dari jaring/kelambu untuk menampung sementara induk maupun benih), seser, ember-ember, baskom berbagai ukuran, timbangan skala kecil (gram) dan besar (kg), cangkul, arit, pisau serta piring secchi (secchi disc) untuk mengukur kadar kekeruhan.
Sedangkan peralatan lain yang digunakan untuk memanen/menangkap ikan nila antara lain adalah warring/scoopnet yang halus, ayakan panglembangan diameter 100 cm, ayakan penandean diameter 5 cm, tempat menyimpan ikan, keramba kemplung, keramba kupyak, fish bus (untuk mengangkut ikan jarak dekat), kekaban (untuk tempat penempelan telur yang bersifat melekat), hapa dari kain tricote (untuk penetasan telur secara terkontrol) atau kadang-kadang untuk penangkapan benih, ayakan penyabetan dari alumunium/bambu, oblok/delok (untuk pengangkut benih), sirib (untuk menangkap benih ukuran 10 cm keatas), anco/hanco (untuk menangkap ikan), lambit dari jaring nilon (untuk menangkap ikan konsumsi), scoopnet (untuk menangkap benih ikan yang berumur satu minggu keatas), seser (gunanya= scoopnet, tetapi ukurannya lebih besar), jarring berbentuk segiempat (untuk menangkap induk ikan atau ikan konsumsi).
3. Persiapan Media
Yang dimaksud dengan persiapan adalah melakukan penyiapan media untuk pemeliharaan ikan, terutama mengenai pengeringan, pemupukan dlsb. Dalam menyiapkan media pemeliharaan ini, yang perlu dilakukan adalah pengeringan kolam selama beberapa hari, lalu dilakukan pengapuran untuk memberantas hama dan ikan-ikan liar sebanyak 25-200 gram/meter persegi, diberi pemupukan berupa pupuk buatan, yaitu urea dan TSP masing-masing dengan dosis 50-700 gram/meter persegi, bisa juga ditambahkan pupuk buatan yang berupa urea dan TSP masing-masing dengan dosis 15 gram dan 10 gram/meter persegi

3.3 Pembibitan
1. Pemilihan Bibit dan Induk
Ciri-ciri induk bibit nila yang unggul adalah sebagai berikut:
1. Mampu memproduksi benih dalam jumlah yang besar dengan
kwalitas yang tinggi.
2. Pertumbuhannya sangat cepat.
3. Sangat responsif terhadap makanan buatan yang diberikan.
4. Resisten terhadap serangan hama, parasit dan penyakit.
5. Dapat hidup dan tumbuh baik pada lingkungan perairan yang
relatif buruk.
6. Ukuran induk yang baik untuk dipijahkan yaitu 120-180 gram lebih per ekor dan berumur sekitar 4-5 bulan

Adapun ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina adalah
sebagai berikut:
Induk Betina :
Terdapat 3 buah lubang pada urogenetial yaitu: dubur,
lubang pengeluaran telur dan lubang urine.
Ujung sirip berwarna kemerah-merahan pucat tidak jelas.
Warna perut lebih putih.
Warna dagu putih.
Jika perut distriping tidak mengeluarkan cairan.
Induk Jantan
Pada alat urogenetial terdapat 2 buah lubang yaitu: anus
dan lubang sperma merangkap lubang urine.
Ujung sirip berwarna kemerah-merahan terang dan jelas.
Warna perut lebih gelap/kehitam-hitaman.
Warna dagu kehitam-hitaman dan kemerah-merahan.
Jika perut distriping mengeluarkan cairan.
Ikan nila sangat mudah kawin silang dan bertelur secara liar.

3.4 Pembenihan
Lahan atau kolam untuk pembenihan nila dibagi dalam dua kelompok yaitu kolam pemijahan dan kolam pendederan. Kolam-kolam sebaiknya dibuat dengan pematang yang kuat , tidak porous ( rembes ), ketinggian pematang aman ( minimal 30 cm dari permukaan air ), sumber pemasukan air yang terjamin kelancarannya, dan luas kolam masing - masing 200 m2. Di samping itu perlu di perhatikan juga keamanan dari hama pemangsa ikan seperti anjing air, burung hantu, kucing dan lain-lain, sehingga dianjurkan agar agar lingkungan perkolaman babas dari pohon pohon yang tinggi dan rindang, sementara sinar matahari pun dapat masuk ke dalam kolam.
Induk ikan nila mempunyai bobot rata-rata 300 g/ekor. perbandingan betina dan jantan untuk pemijahan adalah 3:1 dengan padat tebar 3 ekor /m2. Pemberian pakan berbentuk pellet sebanyak 2% dari bobot biomassa per hari dan diberikan tiga kali dalam sehari. Induk ikan ini sebaiknya didatangkan dari instansi resmi yang melakukan seleksi dan pemuliaan calon induk diantaranya Balai Penelitian Perikanan Air Tawar Sukamandi, sehingga kualitas kemurnian dan keunggulannya terjamin.
Induk nila betina dapat matang telur setiap 45 hari. Setiap induk betina menghasilkan larva ( benih baru menetas ) pada tahap awal sekitar 300 g sebanyak 250-300 ekor larva. Jumlah ini akan meningkat sampai mencapai 900 ekor larva sesuai dengan pertambahan bobot induk betina ( 900 g ). Setelah selesai masa pemijahan dalam satu siklus ( 45 hari ), induk-induk betina diistirahatkan dan dipisahkan dari induk jantan selama 3-4 minggu dan diberi pakan dengan kandungan protein diatas 35 %.
Setelah dua minggu masa pemeliharaan adaptasidi kolambiasanya induk-induk betina mulai ada yang beranak, menghasikan larva yang biasanya masih berada dalam pengasuhan induknya. Larva -larva tersebut dikumpulkan denga cara diserok memakai serokan yang terbuat dari kain halus dan selanjutnya ditampung dalam happa ukuran 2 x 0,9 x 0,9 m3. Pengumpulan larva dilakukan beberapa kali dari pagi sampai sore, dan duusahakan larva yang terkumpul satu hari ditampung minimal dalam satu happa.

3.5 Penebaran Benih.
Ciri-ciri benih yang baik adalah yang berwarna cerah dan pergerakannya lincah. Untuk padat penebaran yang dianjurkan berkisar 15-20 ekor/m2. Tergantung dengan ukuran benih. Sebelum ditebar benih disucihamakan terlebih dahulu dengan direndam pada larutan Kalium Permanat (PK) atau malachite green atau garam dapur selama 1-2 hari. Penebaran dilakukan pada pagi atau sore hari. Saat penebaran, dilakukan aklimatisasi yaitu dengan cara memasukkan kantong benih ke dalam kolam sehingga air kolam masuk ke wadah benih sedikit demi sedikit, lalu secara perlahan-lahan benih dikeluarkan.

3.6 Pemanenan Dan Pemasaran
Pemanenan dapat dilakukan pada 3-6 bulan pemeliharaan. Hal ini tergantung pada : Kesuburan kolam, Ukuran ikan yang diharapkan, Teknik pemeliharaan. Biasanya untuk ukuran 500-600 gr/ekor pemanenan dapat dilakukan selama kurang lebih 6 bulan pemeliharaan. Pemanenan di kolam dapat dilakukan dengan pengeringan air hingga tersisa di kemalir yang untuk selanjutnya dapat ditangkap dengan diseser.
Potensi pasar untuk ikan nila masih sangat lebar dengan harga yang cukup terjangkau pasar, mulai dari nila yang stadium bibit sampai ikan nila yang di kategorikan sebagai ikan konsumsi semua pasar tersebut masih sangat memungkinkan dimasuki. Ikan nila ini dapat Anda pasarkan untuk mensuplay ke berbagai kolam pemancingan ikan, pasar-pasar tradisional maupun supermarket, rumah makan, bahkan untuk skala ekspor.


IV KESIMPULAN

Dari uraian tersebut di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut
1. Usaha pemeliharaan Ikan Nila (Oreochormis Niloticus) mempunyai prospek yang cukup baik dikembangkan, karena permintaan pasar yang cenderung sangat meningkat dan rasanya yang gurih serta ditunjang pula harganya yang relatif mahal dibandingkan dengan ikan hasil budidaya air tawar lainnya di sekitar Kuala Kapuas
2. Pemeliharaan Ikan Nila (Oreochormis Niloticus) di kolam merupakan salah satu cara budidaya ikan yang mudah dikembangkan
3. Berbeda dengan jenis ikan konsumsi lainnya, Ikan Nila (Oreochormis Niloticus) termasuk golongan pemakan segala ini dapat dibudidayakan (pembesaran) dengan berbagai sistem, antara lain sistem air deras, keramba, jaring terapung, longyam serta di kolam air tergenang (stagnat water). Oleh karena dibudidayakan dengan banyak cara itulah, maka Ikan Nila (Oreochormis Niloticus) dapat dijadikan alternatif pemilihan usaha

Refrensi
yunias19ocean.blogspot.com

“BUDIDAYA IKAN HIAS AIR TAWAR IKAN MOLLY (POELICIA LATIPINNA SAILFIN MOLLY)”




“BUDIDAYA IKAN HIAS AIR TAWAR
IKAN MOLLY (POELICIA LATIPINNA SAILFIN MOLLY)”


PENDAHULUAN
Ikan hias cukup dikenal oleh masyarakat sebagai hiasan aquarium. Perkembangan ikan hias di Indonesia mengalami kemajuan yang terus meningkat, terutama ikan hias air tawar asli Indonesia. Dari sekian banyak jenis Ikan hias, tidak semuanya telah dapat dibudidayakan. Dalam menternakkan ikan hias harus diperhatikan bahwa masing-masing jenis mempunyai sifat dan kebiasaan hidup yang berbeda-beda, misalnya dalam cara pemijahan, bertelur ataupun menyusun sarangnya.
Ikan Molly (Poelicia latipinna Sailfin molly) adalah salah satu komoditi ikan hias air tawar di Indonesia. Ikan Molly termasuk dalam jenis ikan “live brearer” (melahirkan). Ikan ini bersifat omnivore. Ukuran tubuhnya relatif cukup besar, maksimal sekitar 12 cm. Hingga kini sudah banyak varietas yang beredar di pasaran dengan warna dan bentuk tubuh yang beragam akibat persilangan dan mutasi. Molly balon, misalnya, yang bertubuh seperti bola akan tampak sangat bagus seperti maskoki mini bila ukurannya sudah besar.

CIRI-CIRI INDUK JANTAN DAN BETINA
Induk Jantan
1. Mempunyai gonopodium (berupa tonjolan dibelakang sirip perut) yang
merupakan modifikasi sirip anal yang berupa menjadi sirip yang panjang.
2. Tubuhnya ramping
3. Warnanya lebih cerah
4. Sirip punggung lebih panjang
5. kepalanya agak besar

Induk Betina
1. Dibelakang sirip perut tidak ada gonopodium, tetapi berupa sirip halus.
2. Tubuhnya gemuk
3. Warnanya kurang cerah
4. Sirip punggung biasa
5. kepalanya Agak runcing

TEKNIK PEMIJAHAN
1. Pilihlah induk yang berukuran relatif besar, bentuk tubuh yang mengembung serta mempunyai warna yang indah
2. Induk-induk yang telah dipilih dimasukkan dalam satu bak untuk beberapa pasang induk. Namun apabila menghendaki keturunan tertentu dapat pula dilakukan dengan cara memisahkan dalam bak tersendiri sepasangsepasang
3. Bak-bak pemijahan harus dikontrol setiap hari. Setelah lahir, anak-anak ikan harus cepat-cepat diambil dan dipisahkan dari induknya agar tidak dimakan oleh induknya.

PERAWATAN BENIH
1. Anak-anak ikan yang baru lahir belum membutuhkan makanan, karena masih mengandung kuning telur (yolk egg). Setelah 4 ~ 5 hari anak ikan baru dapat diberi makanan berupa kutu air yang sudah disaring, atau kuning telur yang telah direbus dan dihancurkan.
2. Setelah mencapai ukuran medium (2 ~ 3 cm) dapat diberikan makanan cacing, kemudian setelah mencapai ukuran dewasa (5 ~ 7 cm) dapat diberi makanan cuk.
3. Disamping makanan alami dapat pula diberi makanan tambahan berupa cacing kering, agar-agar dll.
4. Pemberian makanan sebaiknya 2 kali sehari, hendaknya jangan berlebihan, karena dapat menyebabkan pembusukan yang dapat meerusak kualitas air.
5. Pergantian air. Air dalam bak atau aquarium jangan sampai kotor/keruh, karena dapat menyebabkan kematian anak ikan. Kotoran dapat dibersihkan setiap 2 ~ 3 hari sekali dengan cara disiphon, air yang terbuang pada waktu penyiphonan sebanyak 10 ~20% dapat diganti dengan air yang baru.

Refrensi
yunias19ocean.blogspot.com

Rabu, 16 Mei 2012


BETERNAK IKAN GUPPY

Ikan hias cukup dikenal oleh masyarakat sebagai hiasan aquarium. Perkembangan ikan hias di Indonesia mengalami kemajuan yang terus meningkat, terutama ikan hias air tawar asli Indonesia. Dari sekian banyak jenis ikan hias, tidak semuanya telah dapat dibudidayakan. Dalam menternakkan ikan hias harus diperhatikan bahwa masing-masing jenis mempunyai sifat dan kebiasaan hidup yang berbeda-beda, misalnya dalam cara pemijahan, bertelur ataupun menyusun sarangnya.
Guppy awalnya hidup di rawa air payau. Ikan ini berkembang biak dengan cara beranak sehingga pemijahannya tergolong mudah. Induk jantan mempunyai warna yang cerah, tubuh yang ramping, sirip punggung yang lebih panjang, mempunyai gondopodium (berupa tonjolan memanjang di belakang sirip perut) yang merupakan modifikasi sirip anal berupa sirip panjang.
Selain warna, bentuk dasar ekor ikan guppy juga bervariasi. Guppy dibagi berdasarkan bentuk ekornya yaitu wide tail (ekor lebar), sword tail (ekor panjang), dan short tail (ekor pendek). Tiap varietas mempunyai 4 macam bentuk ekor.
A. Wide Tail (ekor lebar) 

B. Sword Tail (ekor panjang)  


C. Short Tail (ekor pendek)


 Varietas terbaru yaitu Ribbon/Swallow. Ini merupakan varietas baru dari berbagai persilangan menyebabkan mutasi gen merupakan hasil dari kawin silang dari berbagai jenis ikan ini.
Ribbon/Swallow

Cara perkembangbiakkan ikan hias ada beberapa macam: 

Ikan-ikan hias yang beranak.
Ikan-ikan hias yang bertelur berserakan.
Ikan-ikan hias yang meletakkan telurnya pada suatu subtrat.
Ikan-ikan hias yang menetaskan telurnya dalam sarang busa.
Ikan-ikan yang mengeramkan telurnya di dalam mulut.

Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai cara-cara pemeliharaan ikan hias yang beranak (live bearer), misalnya Ikan Guppy (Poecilia reticulata Guppy).
Anak guppy yang baru lahir sudah langsung dapat berenang dengan baik. Hal ini terjadi karena proses pembuahan guppy secara internal yaitu perkawinan terjadi pada saat organ gondopodium yang terletak pada sirip anal dimasukkan ke dalam organ telur betina.
Guppy jantan yang akan mengejar betina siap kawin. Setiap kali perkawinan dapat
dijadikan 3 kali kelahiran. Waktu kelahiran berkisar 3 minggu dan seekor betina
dapat menghasilkan 60 ekor burayak.
Dengan memahami proses pembuahan sampai dengan kelahiran ikan guppy maka perlu dipakai suatu metode agar perkawinan guppy dengan mudah dapat diatur dan dikendalikan sesuai dengan keinginan kita. Kelemahan dari pembudidayaan guppy adalah ketidaktelitian terutama yang menggunakan sistem kawin masal. Teknik yang digunakan dalam menghasilkan strain guppy yang unggul dalam dengan menghasilkan F4 atau biasa juga disebut dengan sistem line. Untuk mencari guppy yang bagus biasanya dapat dicari dengan betina yang mempunyai bentuk ekor yang bagus. Sedangkan untuk jantan biasanya dicari warna yang paling cerah juga dominan. Untuk guppy Ribbon, betina Ribbon sangat dominan, sedangkan untuk jantan tetap jantan normal, sehingga untuk mendapatkan guppy Ribbon jantan yang bagus masih diperlukan jantan normal. Sehingga untuk guppy ini bisa dijual per trio.

CIRI-CIRI INDUK JANTAN DAN BETINA
Induk Jantan
· Mempunyai gonopodium (berupa tonjolan dibelakang sirip perut) yang merupakan modifikasi sirip anal yang berupa menjadi sirip yang panjang.
· Tubuhnya rampaing.
· Warnanya lebih cerah.
· Sirip punggung lebih panjang.
· Kepalanya besar.

Induk Betina
· Dibelakang sirip perut tidak ada gonopodium, tetapi berupa sirip halus.
· Tubuhnya gemuk
· Warnanya kurang cerah.
· Sirip punggung biasa.
· Kepalanya agak runcin

HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PEMELIHARAAN 
· Air yang diperlukan adalah ari yang cukup mengandung Oksigen (O2) dan jernih.
· Suhu air berkisar antara 15 ~ 27°C.
· pH yang disukai agak sedikit alkalis, yaitu berkisar 7 ~ 8.
· Makanan yang diberikan dapat berupa makanan alami (cuk, cacing, kutu air) dan makanan buatan, diberikan secukupnya.
TEKNIK PEMIJAHAN 
Pemilihan induk. Pilihlah induk yang berukuran relatif besar, bentuk tubuh yang mengembung serta mempunyai warna yang indah.
Induk-induk yang telah dipilih dimasukkan dalam satu bak untuk beberapa pasang induk. Namun apabila menghendaki keturunan tertentu dapat pula dilakukan dengan cara memisahkan dalam bak tersendiri sepasang-sepasang.
Bak-bak pemijahan harus dikontrol setiap hari. Setelah lahir, anak-anak ikan harus cepat-cepat diambil dan dipisahkan dari induknya agar tidak dimakan oleh induknya.
PERAWATAN BENIH 
Anak-anak ikan yang baru lahir belum membutuhkan makanan, karena masih mengandung kuning telur (yolk egg). Setelah 4 ~ 5 hari anak ikan baru dapat diberi makanan berupa kutu air yang sudah disaring, atau kuning telur yang telah direbus dan dihancurkan.
Setelah mencapai ukuran medium (2 ~ 3 cm) dapat diberikan makanan cacing, kemudian setelah mencapai ukuran dewasa (5 ~ 7 cm) dapat diberi makanan cuk.
Disamping makanan alami dapat pula diberi makanan tambahan berupa cacing kering, agar-agar dll.
Pemberian makanan sebaiknya 2 kali sehari, hendaknya jangan berlebihan, karena dapat menyebabkan pembusukan yang dapat meerusak kualitas air.
Pergantian air. Air dalam bak atau aquarium jangan sampai kotor/keruh, karena dapat menyebabkan kematian anak ikan. Kotoran dapat dibersihkan setiap 2 ~ 3 hari sekali dengan cara disiphon, air yang terbuang pada waktu penyiphonan sebanyak 10 ~20% dapat diganti dengan air yang baru.
Macam-macam penyakit ikan Guppy dan Cara Mengatasi Penyakit
Penyakit yang umum menimpa guppy adalah jamur. Perlu dipahami jamur tumbuh dengan cara yang berbeda dari bakteri. Jamur tumbuh dengan spora dan selalu tumbuh dengan kondisi tertentu. Mereka berkembang mempunyai siklus tertentu berupa spora kemudian berubah menjadi organisme yang disebut miselium. Jamur ini dapat berkembang biak sangat cepat, berbentuk seperti benang/ulir dan membentuk jaringan-jaringan seperti lapisan yang tipis. Sedangkan bakteri yang biasa menyerang guppy adalah mycobacterium piscium, juga beberapa penyebab lainnya.
Perlu diperhatikan untuk melakukan pengobatan secara efektif harus melakukan diagnosa yang akurat, sehingga dapat mengatasi penyakit yang timbul. Penyakit yang umum menyerang ikan guppy adalah :
a. Saprolegnia.
Ciri-ciri ikan yang terserang adalah bercak-bercak putih pada kulit ikan. Perawatannya teteskan alkohol metapen dalam tempat sebanyak 2 tetes dalam satu galon air/4 1,12) liter air. Langkah selanjutnya berikan garam dan biarkan beberapa saat. Berikan hydrogen peroksida untuk membunuh bakteri yang melekat pada jaring ikan selama 15 sampai 30 detik. Atau bisa juga digunakan malachite green atau methyline blue atau acriflavin sebagai disinfektan. Cara perawatan ikan yang terkena infeksi bakteri sebaiknya diberi tambahan ruang sebelum mengobati.
b. Penyakit Bengkak atau Bloat
Ikan tampak gelisah, badan tampak lebih besar karena kembung. Ini disebabkan karena peradangan usus ikan. Isolasi ikan yang terkena, lalu masukkan ke dalam satu galon air yang telah dibubuhi 2 sendok penuh garam Inggris. Biarkan selama 4 atau 6 jam, kemudian tambahkan air selama 12 jam. Setelah sembuh dapat dikembalikan ke tempat asal.
c. Jamur Mulut
Ciri ikan yang terkena jamur mulut mudah dilihat dari warna putih yang terletak di depan mulutnya. Jamur putih tersebut merupakan koloni sangat besar yang menempel pada mulut ikan, sehingga menutup mulut ikan sampai tidak bisa bernapas dan makan dapat menyebabkan ikan mati. Pengobatan menggunakan aureomycin 25 mg untuk 1 galon air tambahkan 1 tetes obat merah dan metopen 2 tetes.
d. Penyakit Insang
Ciri ikan yang terkena peradangan insang biasanya disebabkan oleh organisme virus. Ciri pada penyakit ini insang membuka, malas makan dan selalu di atas permukaan air. Penyakit ini disebabkan oleh beberapa bakteri dan jamur dan paling sulit untuk diatasi. Ciri ikan ini jika mati insangnya tampak memerah dan membusuk lebih cepat dari badannya. Beberapa cara yang sudah berhasil dilakukan adalah dengan memberikan metapen mercurochrome direndam beberapa saat secara bersamaan kemudian lakukan perawatan dengan menggunakan air garam dan memberikan
DAFTAR PUSTAKA
jeffri022.student.umm.ac.id/download-as.../umm_blog_article_3.pdf
Dinas Perikanan DKI Jakarta, Jakarta, 1996